Sabtu, 14 Mei 2011

susahnya untuk kenyang

Susahnya untuk kenyang
Suara musik yang lumayan kencang sontak saja membuatku terjaga dari tudur, kelopak mataku secara perlahan mulai terbuka dan bolamata yang udah mulai mengeluarkan bintik bintik putih itupun mulai berputar kekiri kekanan dan tibatiba saja berhenti tepat kearah gambar-gambar hewan yang memang sudah sangat pemiliar dimataku karena memang sudah lama terpampang didinding yang dengan olesan cat yang sudah mulai memburam memang karena usianya yang sudah sangat tua,.Dan oatkku mulai bekerja secara perlahan akumenyebut nama-nama binatang itu, burung,...sapi,...monyet,... ayam,... tepat ketika aku menyebut nama ayam aku mulai menyadari ada sesuatu yang belum kulakukan, otakku yang yang agak pas-pasan pun kembali bekerja untuk mengingat-ingat, dan ternyata aku belum makan, kulihat jam msih menunjukan pukul 18.05,

Celana pendek kaos oblong yang sudah melekat dibadan sepertinya akan terus mengukuti dalam perburuan makanan dengan sedikit agak tergesa gesa kulangkahkan kaki keluar kamar menuju parkiran, tepat sesampinya dimotor aku mulai menyadari ada sesuatu yang ketinggalan dan memnag benar aku lupa membawa kunci kendaraan. memang kejadian ini bukan sesuatu yang baru bagiku karena sudah sering terjadi dengan sedikit senyum kekecewaan kakiku kembali melangkah kekamar, kuambil kunci dan kembali menuju motor diteras kost nampak sekelompok teman-teman kos lagi diskusi ngawur ngidul yang memang sdah menjadi tradisi dikos yang bernama merpati ini.

Motor kujalankan sedikit agak kencang dan tiba tiba menjadi pelan saat berpapasan dengan cewe-cewe seksi. Bukan sesuatu yang aneh sih dikota ini perempuan dengan pakain pakaian supermini, tapi momen ini bukan sesuatu yang harus dilewatkan begitu saja bagi laki laki kesepian macam diriku hehehe,.....motor terus melaju dan berhenti tepat didepan warung popeye, POP1, 5000 paha, POP2 7000 dada, POP3 5000sayap, sdah termasuk esteh cocok emang dengan kantong anak kos.kuliat antrian lumayan penjang mungkin karena harganya yang lumayan murah aku tepat berdiri di barisan belakang. Dan tepat pada giliranku untuk pesan makanan aku harus dikejutkan dengan kalimat maaf nasinya habis.

Kecewa, lapar mengarahkan perjalananku pada rumah makan padang yang memang sering kukunjungi “makan diwarung lebih murah buat apa masak” ini logo yang ada di warung ini sesuai sih dengan harganya yang juga supermurah, kuambil telor bebek, sayur dan sedikit kuah has padang, sesuap demi sesuap mulai mengganjal diperutku sampai tak terasa piring pun bersih dari nasi, dengan langkah pasti aku menuju kasir 5000 kata kasir, tanganku mulai meraba-raba kantong samping dan belakang dan apa yang terjadi aku beru menyadari kalau aku ternyata lupa membawa dompet. Kelajutannya memalukan..... wkwkwk

Jumat, 13 Mei 2011

PERBEDAAN SISTEM KOMONIKASI MANUSIA DAN HEWAN

Perbedaan antara Bahasa Manusia dengan “komunikasi hewan” Ada beberapa hal yang membedakan antara bahasa (language) dengan tindakan-tindakan penyampaian pesan lainnya, seperti: tangisan bayi, gonggongan anjing, dan tarian lebah atau yang biasa dikenal dengan “waggle dance”. Terdapat beberapa pendapat mengenai perbedaan-perbedaan ini. Yang pertama adalah yang disampaikan oleh Nan Bernstein Ratner dkk. Menurutnya ada beberapa karakteristik khusus yang hanya terdapat pada bahasa manusia. Karakteristik tersebut antara lain:

1.Bahasa manusia memiliki hierarchical structure. Pesan (dalam bahasa manusia) dapat dibagi kedalam unit-unit analisis yang lebih kecil.

2.Bahasa manusia memiliki sifat infinite creativity. Pengguna bahasa dapat meenghasilkan dan memahami kalimat-kalimat dalam bahasa mereka tanpa terbatas. Hal ini sangat berbeda dengan hewan yang hanya dapat menghasilkan bahasa secara terbatas.

3.Bahasa manusia dapat mengungkapkan pengalaman pengguna bahasanya meskipun pengalaman tersebut bersifat abstrak. Hal ini tidak terdapat dalam bahasa hewan. Mereka hanya dapat mengungkapkan hal-hal yang terdapat di depan mereka. Jika bendanya tidak ada, maka mereka (hewan) tidak dapat menyampaikan pesan yang sama.

4.Bahasa merupakan sebuah rule-governed system of behavior. Dalam tangisan bayi atau gonggongan anjing tidak ada salah dan benar. Anjing dapat menggonggong semau mereka. Namun, dalam bahasa manusia ada sistem-sistem tertentu yang membuat sebuah kata/kalimat dapat diterima atau ditolak. Sistem ini menjadikan bahasa dapat dipelajari dan digunakan sevara konstan (Ronald Wardhaugh, hal. 3). Terdapat dua macam sistem dalam bahasa yaitu: sistem bunyi dan sistem arti (the system of sounds and the system of meanings).

5.Bahasa bersifat arbitrary. Bahasa Inggris, seperti bahasa-bahasa lainnya, memiliki konvensi mengenai penempatan kata dalam kalimat. Aturan-aturan inilah yang bersifat arbitrary; tidak ada alasan yang riil mengapa bahasa Inggris membutuhkan konvensi-konvensi gramatikal tertentu. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris Noun Phrase harus mendahului Verb Phrase dan objek mengikuti Verb Phrase(biasanya disebut S-V-O word order), meski tidak semua kalimat dalam bahasa Inggris mengikuti kaidah ini. Selain dalam aturan penyusunan kata dalam kalimat, kearbitarian bahasa juga dapat dilihat dalam kata itu sendiri. Sebagai contoh, tidak ada alasan mengapa ‘sebuah pohon’ disebut ‘tree’ dalam bahasa Inggris, dan tentu saja hal ini juga berlaku untuk bahasa-bahasa lainnya.

Sebagai makhluk Tuhan manusia dan hewan dalam sistem komunikasi memiliki
persamaan dan perbedaan apabila lebih diteliti persamaan berikut persamaan manusia dan hewan sama-sama mempunyai alat ujaran untuk menghasilkan bunyi yaitu paru-paru, laring, paring, dan mulut, sehingga baik manusia maupun bintang mampu melakaukan komunikasi dengan anggota kelompoknya dengan memiliki alat ujaran yang sama walaupun dengan proporsi yang berbeda antara manusia dengan binatang mampu melakukan komunikasi walaupun sangat terbatas sebagai contoh seseorang yang memiliki hewan piaraan karena setiap hari bertemu dan melakukan komunikasi maka binatang piaraan tersebut mampu diajak untuk berkomunikasi, misalnya waktu dipanggil maupun disuruh melakukan sesuatu oleh manusia.

Perbedaan sistem komunikasi antara manusia dan hewan adalah struktur mulut, lidah, dan organisasi otaknya. Struktur mulut pada hewan misalnya simpanse lidah mempunyai ukuran yang tipis dan panjang . ukuran mulud yang sempit tidak banyak ruang untuk menggerakan lidak ke atas, ke bawah, ke depan, dan kebelakang. Ruang gerak yang sangat terbatas tidak memungkinkan binatang untuk memodifikasi arus udara menjadi bunyi yang berbeda-beda dan distingtif. Berbeda dengan manusia yang mempunyai rongga mulut yang cukup besar dan lidah yang pendek sehingga memudahkan lidah untuk bergerak sehingga mudah untuk memodifikasi arus udara menjadi bunyi. Laring pada binatang seperti simpanse terletak dekat dengan jalur udara ke hidung sehingga waktu bernafas laring tadi terdorong ke atas menutup lubang udara yang ke hidung. Epiglottis dan velum pada binatang juga membentuk kelep yang kedap air sehingga binatang dapat bernafas dan minum serta makan secara simultan.

Berbeda dengan manusia rongga mulut manusia yang relatip kecil, lidah yang tebal dan pendek yang pleksibel untuk digerakan posisi laring maupun epiglottis manusia yang jauh dari mulut sangat menguntungkan dalam pembuatan suara. Gigi manusia yang jaraknya rapat, tingginya rata, dan tidak miring ke depan membuat udara yang keluar dari mulut mudah diatur, bibir manusia yang bisa digerakan secara fleksibel mampu menghasilkan bunyi tertentu

Disamping bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal lain yang membedakan manusia dan binatang adalah otak. Perbandingan antar otan manusia dan otan binatang baik struktur maupun organisasinya sangat berbeda. Perbedaan neurologis seperti ini yang membedakan bahwa manusia dapat berbahsa sedangkan hewan tidak bisa berbahasa.

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN NON TES

A.PENDAHULUAN

Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan penerapan kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah yaitu kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan, dan prilaku. Ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, namun keterampilannya rendah, sebaliknya ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah, namun memiliki keterampilan yang tinggi.

Setiap pelajaran memerlukan kemampuan berpikir, kemampuan berpikir termasuk ranah kognitif, meliputi kemampuan menghafal, kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan mensitensis, dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan keberbagai situasi sesuai dengan konteksnya.

Kemampuan yang kedua adalah keterampilan psikomtor, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan gerak, yaitu yang menggunakan otot seperti lari, melompat melukis, membaca, dan sebagainya. Gerakan reflek adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Siswa yang telah mencapai kompetensi dasar pada ranah ini mampu melakukan tugas dalam bentuk keterampilan sesuai dengan standar atau kriteria.

Kemampuan perseptual adalah kombinasi ke,a,puan kognitif dan kemampuan motor atau gerak. Kemampuan pisik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang palin terampil untukmencapai gerakan terampil peserta didik harus belajar secara sistematik melalui langkah langkah tertentu ranah afektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Menurut Popham 1995 ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu semua guru harus mampu membangkitkan minat semua siswa belajar pelajaran yang diampu guru.

Hasil belajar akan bermanpaat bagi masyarakat bila para lulusan memiliki prilaku dan pandangan yang positif dalam ikut menyejahterakan dan menentramkan masyarakat. Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah ,rupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar. Kegiatan mengukur itu pada umumnya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai pariasinya. Dalam praktek, teknik tes inilah yang sering digunakan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar pesrta didik.

Pernyataan diatas tidaklah harus diartikan bahwa tehnik tes adalah satu-satunya tehn8k untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lain yang dapat digunakan yaitu teknik nontes. Dengan teknik non tes maka penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket, (questonerie), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Teknik nontes pada umumnya memiliki peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (afective domain), dan ranah keterampilan ( psikomotorik domain).

B. PENGERTIAN AFEKTIF
Hasil belajar menurut Bloom (1976:11) mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikalberbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalambidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.

Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil belajar ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitukarakteristik siswanya. Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positip terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga dapat diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para gum sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan minat siswa. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang programpembelajaran dan pengalaman belajar siswa harus memperhatikan karakteristik afektif siswa.

Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwol ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization. Pada level receiving atau attending, siswa memiliki keinginan memperhatikan suatu penomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas guru adalah mengarahkan perhatian siswa pada penomena yang menjadi objek pemeblajaran afektif.

Responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagai bagian dari peilakunya. Pada level ini siswa tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada daerah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Level yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasM dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya kesenangan dalam membaca bidcu.
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap dan memjnjufeaa derajad internalrsasi dan komitmen. Derajad rentangannya mulad dari menetfaa suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen.

Valuing atau penilaian berbasis pada intemalisasi dari seprangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada level ini berhubungan dengan prilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujaan pembelajaran penilaian ini diklasifikasi sebagai sikap dan apresiasi.

Pada level organisasi, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan dan koifflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada level ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup

Peringkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada level ini siswa memiliki sistem nilai yang mengendalikan prilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada level ini berkaitan dengan personal, emosi, dan sosial.

Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, prilaku ini melibatkan perasaandan emosi seseorang. Kedua prilaku ini harus tipikal pemikiran prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah: intensitas, arah, dan target.Intensitas menyatakan derajad atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaanlebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka,. Selain itu sebagain orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain.

Arah berkaitan dengan orientasi positip atau negatif dari perasaan. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama maka. karakteristik afektif berada dalam snafu skala yang kontinum.

Karakteristik afektif yang ke tiga adalah target. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Siswa mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pengajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali siswa merasa tegang bila menghadapi tes di kelas. Siswa tersebut cenderung sadar bahwa target ketegangan adalah tes.

Ada empat tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Empat tipe afektif yang akan dibahas dalam pedoman ini, khususnya tentang penilaiannya. Pembahasan meliputi definisi konseptual, definisi operasional dan penentuan indikator. Sesuai dengan karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran, masalah yang akan dibahas mencakup empat ranah, yaitu minat, sikap, nilai., dan konsep diri.

1. Sikap
Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positip atau negatif terhadap suatu objek, situasi,konsep, atau orang. Objek sekolah adalah sikap siswa terhadap sekolah, sikap siswa terhadap mata pelajaran. Ranah sikap siswa ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999:204)'. Sikap siswa terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggeris, haras lebih positif setelah siswa mengikuti pelajaran bahasa Inggeris. Jadi sikap siswa setelah mengikuti pelajaranharus lebih positif dibanding sebelum mengikutipelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk itu guru harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar siswa yang membuat sikap siswa terhadap matapelajaran menjadi lebih positip.

2. Minat
Menurut Getzel (1966:98), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,\ aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasul karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

3. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau prilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek,Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedang suatu nilai mengacu pada keyakinan sederhana,

Menurut Andersen target nilai cenderung menjadi ide, tetapi sesuai dengan definisi oleh Rokeach, target dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan prilaku. Arah nilai dapat positip dapat negatip. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa sejak manusia belajar menilai suatu objek,-aktivitas, dan idea sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya sekolah harus menolong siswa menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi siswa dalam memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positip terhadap masyarakat.

Beberapa ranah afektif yang tergolong penting adalah:
a. Kejujuran: Peserta didik harus belajar untuk menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain.
b. Integritas: Peserta didik harus mengikat pada kode nilai, misalnya moral, dan
artitistik.
c. Adil: Peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan
hukum yang sama.
d. Kebebasan: Siswa harus yakin bahwa negara demokratis harus memberi
kebebasan secara maksimum kepada semua orang.

4. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa posititp atau negatip, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari yang rendah sampai yang tinggi.

Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir siswa, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih altematif karir yang tepat bagi diri siswa. Selain itu informasi konsep diri ini penting bagi sekolah untuk memotivasi belajar siswa dengan tepat.

Dalam memililih karakterisitk afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rational teoritis dan isi program sekoiah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstrak ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langung mengikuti definisi konseptual. Andersen (1980) menggambarkan dua pendekatan untuk mengukur ranah afektif, yaitu pendekatan acuan ranah dan pendekatan peta kalimat. Pada pendekatan acuan ranah, pertama diperhatikan adalah target dan arah karakteristik afektif, dan selanjutnya memperhatikan intensitasnya.

C. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Ada sepuluh langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan
nstrumen afektif, yaitu:

1. Spesifikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen terdiri dari tujuan dan kisi-kisi instrumen, Dalam bidang pendidikan pada dasarnya pengukuran afektif ditinjau dari tujuannya , yaitu ada empat macam instrumen, yaitu;
a.Instrumen sikap.
b.Instrumen minat.
c.Instrumen konsep diri
d.Instrumen nilai.
Dalam menyusun spesifikasi instrumen, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu:
a.Menentukan tujuan pengukuran
b.Menyusun kisi-kisi instrumen
c.Memilih bentuk dan format instrumen
d.Menentukan panjang instrumen.

Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat
siswa terhadap suatu mata pelajaran.

Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa\negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa.f
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Siswa melakukan evaluasi terhadap potensi yang ada dalam dirinya.Insformasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentuka jenjang karirnya.

Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan.
Setelah tujuan pengukuran afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi, juga disebut blue-print, merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Kisi-kisi ini pada dasarnya berisi tentang definisi konseptual yang ingin diukur, kemudian ditentukan definisi operasional dan selanjutnya diuraikan menjadi sejumiah indikator- Indikator ini merupakan acuan untuk menulis instrumen. Jadi pertanyaan atau pernyataan ditulis berdasarkan indikator.

Langkah pertama dalam menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang diambil dari buku teks. Selanjutnya ditentukan definisi operasional, yaitu yang bisa diukur. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan menjadi sejumiah indikator. Indikator ini merupakan pedoman dalam menulis instrumen, Tiap indikator bisa ditulis dua atau lebih butir instrumen. Definisi konseptual diambil dari teori-teori yang ada dalam buku, sedang definisi operasional dapat dikembangkan oleh tim pembuat instrumen. Selanjutnya definisi operasional dikembangkan menjadi sejumiah indikator. Indikator ini menjadi acuan penulis instrumen. Salah satu format kisi-kisi instrumen afektif ditunjukkan Tabel 1.

2. Penulisan Instrumen
Ada empat aspek dari ranah afektif yang bisa dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, percaya diri, dan nilai. Penilaian ranah afektif siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen afektif. Hal ini akan dibahas berturut-turut di bahas ini.

a. Instrumen Sikap
Definisi konseptual: Sikap mengacu pada kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap ini bisa positif bisa negatif. Definisi operasional, sikap adalah perasaan positip atau negatif terhadap suatu objek. Objek ini bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap siwa adalah melalui kusioner.

Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau satu kebijakan. Kata-kata yang digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini.

Indikator sikap terhadap mata pelajaran matematika misalnya adalah;
1). Membaca buku matematika
2), Belajar matematika
3). Interaksi dengan guru matematika
4). Mengerjakan tugas matematika
5). Diskusi tentang matematika
6). Memiliki buku matematika
Contoh kuesioner:
1). Saya senang membaca buku matematika
2). Saya senang belajar matematika
3). Saya sering bertanya pada guru tentang pelajaran matematika
4). Saya senang mengerjakan soal matematika
5). Saya selalu mencari soal-soal matematika

b. Instrumen Minat
Instrument minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat sisw terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatka: minat siswa terhadap suatu mata pelajaran. Definisi konseptual: Minat adalal watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek aktivitas, pengertian, ketrampilan untuk rujuan perhatian atau penguasaan. Definis operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek Indikator minat, misalnya minat terhadap matematika.:
1)Manfaat belajar matematika.
2)Usaha memahami matematika
3)Membaca buku matematika
4)Bertanya di kelas
5)Bertanya pada teman
6)Bertanya pada orang lain
7)Mengerjakan soal matematika
Contoh kuesioner:
1)Matematika bermanfaat untuk menuju kesuksesan belajar
2)Saya berusaha memahami mata pelajaran matematika
3)Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan matematika
4)Saya selalu bertanya di kelas pada pelajaran matematika
5)Saya berusaha memahami pelajaran matematika dengan bertanya kepada
siapapun.

c. Instrumen Konsep diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Definisi konsep diri: Persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional konsep diri adalah pemyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Indikator konsep
1). Fisika saya rasakan sebagai mata pelajaran yang paling sulit
2). Mata pelajaran bahasa Inggeris saya rasakan paling mudah.
3). Keunggulan saya adalah fisik yang tinggi
4). Kelemahan saya adalah kemampuan berkomunakasi.
5) Saya senang membantu teman belajar ketrampilan.

Contoh instrumen:
1)Saya sulit mengikuti pelajaran matemeatika
2)Mata pelajaran bahasa mudah saya pahami
3)Saya mudah menghapal
4)Saya mampu membuat karangan yang baik
5)Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika
6)Saya bisa bermain sepak bola dengan baik
7)Saya mampu membuat karya seni yang variatif
d. Instrumen Nilai
Moral, nilai, dan etika merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi siswa. Pencapaian kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak akan memberi fnanfaat bagi masyarakat, apabila tidak diikuti dengan kempetensi. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan bisa baik, bila digunakan membantu orang lain, namun bisa tidak baik bila kemampuan tersebut digunakan untuk' merugikan orang lain. Hal inilah letak pentingnya kemampuan afektif.j

Peaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak.Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgment moral dan tindakan moral. la hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipetetikal, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.

Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagiamana ia berbuat atau keinginan berbuat. Hermin dan Simon memasukkan pada bagian nilai seperti keyakinan sikap aktipitas atau nerasaan vane memuaskan, antar lain yang didukung dan terpadu dengan prilaku yang sessungguhnya serta berulang dalam kehidupan seseorang. Jadi nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya.

Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan yang dalam terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau suatu objek. Definsi operasional, nilai adalah keyakin; seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan siswa, kayakinan tentang kinerja guru. Kemungknan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi siswa sulit untuk ditingkatkan. Atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit untuk melakukan perubahan.

Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negati diperlemah dan akhirnya dihilangkan.
Indikator nilai adalah:
1)Keyakinan tentang prestasi belajar siswa
2)Keyakinan atas keberhasilan siswa
3)Keyakinan atas harapan orang tua.
4)Keyakinan atas dukungan masyarakat.
5)Keyakinan atas sekolah dapat mengubah nasip seseorang

Contoh kuesioner tentang nilai siswa:
1)Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar siswa sulit untuk
ditingkatkan.
2)Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah maksimum.
3)Saya berkeyakinan bahwa siswa yang ikut bimbingan tes cenderung
akan diterima di perguruan tinggi.
4)Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat
kesejahteraan masyarakat.
5)Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.
6)Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai siswa adaSah karena
nasip keberuntungan.

Selain melalui kuesioner ranah afektif siswa, sikap, minat, konsep diri, dan nilai dapat digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif siswa dilakukan di tempat terjadinya kegiatan belajar dan mengajar. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif siswa, guru harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari siswa yang berkaitan dengan indikator ranah afektif siswa. Untuk itu perlu ditentukan dulu indikator substansi yang akan diukur.

e. Instrumen Nilai Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui nilai moral siswa. Moral didefinisikan sebagai pendapat, tindakan yang dinaggap baik dan yang dianggap tidak baik. Indikator nilai moral sesuai dengan definisi di atas adalah:
1)Memegangjanji
2)Membantu orang lain
3)Menghormati orang lain
4)Kejujuran

Contoh instrumen dengan skala Likert.
1)Bila berjanji pada teman saya tidak harus selalu menepati.
2)Bila berjanji kepada orang yang lebih tua saya berusaha menepatinya.
3)Bila berjanji pada anak kecil saya tidak harus selalu menepatinya.
4)Bila menghadapi kesulitan saya selalu minta bantuan orang lain.
5)Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan saya berusaha membantunya.
6)Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.
7)Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
8)Bila bertemu guru saya, saya selalu menyapanya, walau ia tidak melihat
saya.
9)Saya selalu bercerita tentang hal yang menyenangkan teman saya, walau
tidak seluruhnya benar.
10). Biia ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya,

3. Telaah Instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah meniliti tentang: a) apakah buti pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan apa sudah komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, dan c) apakah butir peranyaaan atau pernyataan tidak bias, d) apakah format instrumen menarik untuk dibaca, e) apakah jumlah butir sudah tepat sehinggga tidak menjemukan menjawabnya.

Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada pakar pengukuran. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen.

D. SKALA PENGUKURAN
Secara garis besar skala instrumen yang sering digunakan dalam penelitian, raitu Skala Thurstone. skala Likert, dan Skala Beda semantik. Skala Thurstone srdiri dri 7 kategori, yang paling banyak bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1,
Contoh Skala Thurstone, Minat terhadap pelajaran Sejarah
7 6 5 4 3 2 1
!. Saya senang belajar Sejarah !. . ...!! .,...!!!..,....!
2.Pelajaran sejarah bermanfaat !!....,!! .....!!.......!.......!
3.Saya berusaha hadir tiap pelajaran sejarah !!!!! ... ..!. .....!.......!
4.Saya berusaha memiliki buku pel.sejarah ! !!......! !!. .....!!
5.Pelajaran sejarah membosankan !!!! ! ... ..!!.......!

Contoh skala Likert, Sikap terhadap pelajaran matematika
4 3 2 1
1.Pelajaran matematika bermanfaat SS S TS STS
2.Pelajaran matematika sulit SS S TS STS
3.Tidak semua siswa harus belajar matematika SS S TS STS
4.Pelajaran matematika harus dibuat mudah SS S TS STS
5.Harus banyak aplikasi pada pel. Matematika SS S TS STS
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS: Tidak setuju
STS: Sangat tidak setuju


Contoh skala Beda semantik:
Pelajaran sejarah
Menyenangkan!........!.......!.......!.......!........!........!.......!.Membosankan
Sulit !........!.......!........!.......!........!.......!.....Mudah
Bermanfaat !........!........!.......!........!.......!.......!......Sia-sia
Menantang !........!........!.......!........!........!.......!......Menjemukan
Hapalan !........!.........!.......!.......!........!.......!!Penalaran

Panjang instrumen berh ubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan dalam mengisi instrumen. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan ataurnyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata.

Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban sponden pada arah tertentu, positip atau negatif.
Contoh pertanyaan yang bias:

Sebagian besar guru setuju semua siswa yang menempuh ulangan akhir lulus. Apakah saudara setuju bila semua siswa yang mengikuti ulangan lulus semua?
Contoh pertanyaan yang tidak bias:

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu kuesioner, yaitu:
a.Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan.
b.Pertanyaannya. jangan samar-samar
c.Hindari pertanyaan yang bias.
d.Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian.

E. PENYUSUNAN BUTIR SOAL
Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang merupakan indikator-indikator dari keterampilan yang akan diukur. Oleh karena itu dalam menyusun daftar cek: (1) carilah indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diujikan, (2) susunlah indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka diberi tanda V atau tulis kata "ya" pada tempat yang telah disediakan.

Misal akan dilakukan pengukuran terhadap keterampilan siswa menggunakan termometer badan. Untuk itu maka dicari apa indikator-indikator yang menunjukkan siswa trampil menggunakan termometer tersebut, misal indikator-indikatornya sebagai berikut:
a.Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya
b.Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya
c.Cara memasang termometer pada tubuh pasien
d.Lama waktu pemasangan termometer pada pasien
e.Cara mengambil termometer dari tubuh pasien
f.Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer

Siswa dinyatakan trampil dalam hal tersebut jika ia mampu melakukan urutan kegiatan berikut dengan benar. Setelah diperoleh indikator-indikatornya, kemudian disusun butir soalnya dalam bentuk daftar cek seperti contoh berikut.

Beri tanda V untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan siswa seperti yang diuraikan di bawah ini!
a. Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang bagian
ujung yang tak berisi air raksa
b. Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-
rendahnya
c. Memasang termometer pada tubuh pasien (di mulut, di ketiak atau di
dubur) sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh
subjek yang diukur suhunya
d. Menunggu beberapa menit termometer tinggal pada tubuh subjek
yang diukur
e. Mengambil termometer dari tubuh subjek yang diukur dengan
memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa
f. Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer dengan
. posisi mata tegak lurus
Jadi, karakteristik butir-butirnya mengandung uraian/pernyataan tentang aspek
perbuatan yang sudah pasti, tinggal perbuatan itu muncul atau tidak.

F. PENSEKORAN INSTRUMEN
Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir adalah 7 dan yang terkecil adalah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, skor tertinggi tiap butir adalah 4 dan yang terendah adalah 1.

Dalam penguakuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada katregori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk mengatasi hal tersebut skal; Likert hanya menggunakan 4 (empat ) pilihan, agar jelas sikap atau mina responden, yaitu:
Sangat setuju - setuju - tidaksetuju - sangat tidak setuju
4 3 2 1

Selanjutnya dilakukan analisis untuk tingkat sisvva dan tingkat klas, yaitu dengan mencari rerata dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat siswa dan minat klas terhadap suatu mata pelajara

G. TEKNIK NON TES

1. Pengamatan ( Observation)
Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatip maupun non partisipatif. Observasi dapat pula berbentuk observasi eksperimental yaitu observasi yang dialakukan dalam situasi buatan atau berbentuk observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar.

Pada osservasi eksperimental tingkah laku diharapkan muncul setelah peserta didik dikenai perlakuan ( treatment). Observasi yang dilakukan dengan terlebih dahulu membuat perencanaan secara matang istilah ini dikenal sebagai observasi sistematic.Pedoman observasi wujut kongkritnya adalah sebuah atau beberapa buah pormulir yang didalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan peserta didik.

Diantara segi kebaikan yang dimiliki oleh oleh observasi itu ialah, bahwa:
a. Data observasi itu diperoleh secara langsung dilapangan yakni dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu sehingga data yang didapat lebih bersipat obyektif dalm melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik.
b. Data hasil bservasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian individu peserta didik.
Adapun segi-segi kelemahannya antara lain adalah:
a. Observasi sebagai salahsatu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan dengan baik dan benar leh para pangajar. Guru yang tidak atau kurang memiliki kecakapan atau ketempilan dalam melakukan observasi, maka hasil observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya. Untuk menghasil data observasi yang baik, seorang guru harus mambu membedakan antara apa yang tersurat dengan apa yang tersirat.
b. Kepribadian dari observer atau evaluator juga acap kali mewarnai atau menyelinap masuk kedalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-prasangaka yang melekat pada observer dapat mengakibatkan sulit dipisahkan secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
c. Data diperoleh daribkegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap kulit luarnya saja. Adapun apa-apa yang sesungguhnya terjadi dibalik hasil pengamatan itu belum dapat diungkapkan secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja. Karena itu observasi harus didukung dengan cara-cara lainnya, misalnya dengan melakukan wawancara.

2. Wawancara (Interview)
Yang dimaksud dengan wawancara adalah cara untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi yaitu:
a. Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga sering dikenal denga istilah wawancara berstrauktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview).
b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (non systematic interview) atau wawancara bebas.

Diantara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara adalah, bahwa dengan melakukan wawancara, pewawancara sebagai evaluator( dalam hal ini guru, dsen dan lain-lain) dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam melalui wawancara, data dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Dalam wawancara bebas pewawancara selaku evaluator mengajuakan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalaikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan pada kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Sebaiknya hasil-hasil wawancara dicatat seketika.

3. Angket (Questionnaire)
Angket dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memunukinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penlai.

Tujuan penggunaan angket atau kuisioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salahsatu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Disamping itu juga untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran.

Data dapat dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, pasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motifasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, dan sikap mereka terhadap guru.
Koesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah efektif. Ia dapat berupa kuesioner untuk pilihan ganda dan dapat pula berbentuk skala sikap. Berikut ini dikemukakan contoh kuesioner bentuk pilihan ganda dan contoh kuesioner bentuk skala likert dalam mengungkap hasil belajar.
contoh 1

Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orangtua peserta didik, maupun peserta didik itu sendiri, dimana data yang berhasil diperleh melalui kuesioner itu pada suatu saatakan diperlukan. Contoh dari kuesioner diatas adalah:

I. Orangtua siswa:
A. Ayah:
1. Nama Lengkap :
2. Tempat tanggal lahir:
3. Jenjang pendidikan: a.( ) Pendidikan Dasar

4. Pemeriksaan Dokumen ( Documentary Analysis )
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji dalam teknik non tes juga dapat dilengkapi dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan peserta didik. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya bukan tidak mungkin akan diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap pserta didiknya. Informasi-informasi sebagaimana dipaparkan diatas dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blangko isian, yang harus diisi pada sat peserta didik baru diterima pada sekolah yang bersangkutan.

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak semata dengan menggunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik non tes pun dapat digunakan, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap mata pelajaran, persepsi terhadap guru, minat, bakat, tingkah laku atau sikap, kesemua itu tidak dapat hanya dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat ukurnya.

Selasa, 10 Mei 2011

Ujian oh berjuta rasanya

Ujian oh berjuta rasanya
Ngomongin soal ujian bakalan tidak ada habis-habisnya ,persis dengan anak remaja yang ngobrolin cinta, bahkan sudah menjadi bahan diskusi yang menarik dimasyarakat biasa hingga masyarakat luarbiasa( kalangan elit pemerintahan maksudnya) karena banyak kontroversi yang berkembang antara perlu atau tidak perlunya ujian. Banyak kalangan menilai ujian diskriminatif terhadap peserta didik. Dan ujian sebaiknya hanya dihunakan untuk pemetaan kemampuan siswa yang nantinya digunakan untuk mendukung pembuatan kebijakan. Karena bertantangan dengan UU sisdknas no 20 th 2003 yaitu: Evaluasi pesertadidik, satuan pendidik, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standart .

Kira-kira pertanyaan yang bakal keluar besok apaya???, sulit ngga ya??,, mungkin masih banyaklagi pertanyaan yang bakaln muncu dibenak pesertadidik ketika mau ujian. Peserta didik belajar demi nilai, apa bedanya dengan orang dewasa yang bekerja demi uang. Hal ini sudah tidak sejalan dengan Undang Undang No. 20 Tahun 2004, Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran.

Mengapa harus ada Asesmen, Meskipun sebagian orang menginginkan datangnya masa penemuan cara- cara yang lebih baik dan lebih adil, tapi saat ini masarakat luas menyerahkan pekerjaan mengases pertumbuhan dan potensi siswa kepada sekolah dan guru. Seburuk apapun bentuk evaluasi, evaluasi masih sangat diperlukan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, juga untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.