Selasa, 25 Oktober 2011

Teori Behaviorisme

TEORI BEHAVIORISME

Latar Belakang
Aliran ilmu jiwa tingkah laku (behavior – tingkah laku) dipelopori oleh Ivan Petrovich Pavlov yang lahir di Rusia tahun 1849 dan meninggal tahun 1936.

Ia membangun psikologi belajar dengan melakukan penelitian eksperimen tingkah laku. Elemen tingkah laku yang paling sederhana adalah reflek, dimana hubungan stimulus dan respon tejadi secara cepat, mekanik, otomatis, tanpa melalui otak, pikiran, atau kognisi. Gejala-gejala jiwa tingkat tinggi seperti pengertian, pemahaman, pikiran, dsb itu, sebenarnya merupakan complexitas “hubungan yang rumit dari” stimulus dengan respon. Termasuk kegiatan belajar, tidak lain adalah proses usaha (kegiatan) untuk perubahan hubungan antara stimulus dengan respon (dapat membentuk atau menghilangkan), maupun mengubah gradien atau tingkatan hubungan stimulus dan respon.

Konsep hubungan Stimulus (S) – Respon (R) dari Pavlov itu sekarang disebut kuno (classic), kemudian dijuluki classical conditioning karena usaha dikembangkan terus oleh ahli-ahli lain seperti Thorudike Skinner, Hull, Gutrie, Tolman, Dollar and Miller. Konsep-konsep hasil pengembangan berikutnya tersebut dijuluki operant conditioning, instrumental conditioning.
Sebenarnya Behaviorisme itu termasuk aliran assosiasi yang sudah ada sejak abad 18 yang dirintis oleh Hartly dan diteruskan oleh Alexander Fain. Aliran assosiasi (hubungan) ini yang dibahas hubungan (assosiasi) antara kesan-kesan (tanggapan-tanggapan) hasil pengamatan dengan indera yang kompleks dan bertingkat-tingkat sehingga menimbulkan pengertian, ingatan, pikiran, dsb. Sedang dalam Behaviorisme assosiasi (hubungan) itu adalah hubungan antara Stimulus (S) dengan Respon (R), yang lebih nyata, riil, konkrit, dan obyektif, sehingga dapat diteliti dengan cermat dengan eksperimen di laboratorium.

Dalam naskah ini dipaparkan eksperimen yang terkenal yang dilakukan oleh Pavlov dan Thorndike.

I.Ekperimen Pavlov
Ia menggunakan binatang anjing sebagai subjek coba. Dari leher anjing dimasukkan saluran bermulut (kelenjar air liur), sehingga saat air liur keluar, akan mengalir lewat saluran menuju tube sebelah kiri, sehingga mudah diamati.

Jalannya eksperimen :
1. Anjing dalam keadaan lapar, diberikan daging (Stimulus), akan keluar air liur (Respon), menjadi hubungan antara S → R.
Hal ini terjadi secara natural, wajar, asli, tanpa syarat, tanpa dilatih berulang-ulang, tanpa dikondisikan (unconditional), sehingga diberi simbol :
U S → U R

2.mBel dibunyikan, seketika itu daging diberikan, maka akan keluar air liur. Demikian diulang dalam sejumlah waktu. Jadi CS + US ( CS dipasangkan, dibarengi US) memunculkan Respon air liur.

3. Bel dibunyikan tanpa dibarengi daging, ternyata keluar air liur.
Disimbolkan :
CS → CR
Bunyi bel tidak biasanya (selayaknya) menyebabkan anjing keluar air liur . Tetapi dengan dipasangkan bersama daging dalam sejumlah waktu, maka bunyi bel menyebabkan keluar air liur. Namun, kekuatan CR (air liur) karena mendengar bunyi), lebih sedikit, Pavlov mengukur dengan tetesan air liur yang muncul.

4. Eksperimen Extinction
Ternyata setelah terjadi anjing mendengar bunyi terus mengeluarkan air liur, tidak seterusnya. Setelah beberapa saat anjing mendengar bunyi bel, tidak mengeluaran air liur. Terjadilah apa yang disebut extinction (rest), berhenti istirahat , jadi CR berhenti tidak muncul CR.

5. Spontaneous recovery experiment
Setelah berhenti tidak muncul air liur, maka daging diberikan lagi bersama bunyi sehingga ditemukan lagi CR, meskipun mendengar bunyi tanpa daging. Demikian seterusnya, namun munculnya CR makin lemah. Hal ini terjadi hanya sampai level tiga (3). Jika diteruskan sudah tidak efektif (pendapat penulis, karena anjing sudah kenyang, tidak mau beraktivitas)

6. Higher Order Conditioning
Eksperimen diteruskan secara bertingkat
a.Daging bersama cahaya diberikan berulang-ulang, muncul air liur
b.Cahaya diberikan tanpa daging, muncul air liur
c.Cahaya dan buzzer (bunyi dengung) diberikan bersama-sama secara berulang-ulang, muncul air liur tetapi berkurangs
d.Buzzer (bunyi dengung) diberikan sendirian, keluar air liur sedikit dan makin hilang, tidak dapat diteruskan / hanya sampai 2 tingkat (cahaya → buzzer).

7.Eksperimen Generalization
Pada saat mendengar bunyi, anjing mengeluarkan air liur, dicobakan mengubah bunyi menjadi 3 golongan, yaitu bunyi dengan frekuensi 2000, frekuensi di bawah 2000, dan bunyi dengan frekuensi diatas`2000. . Ternyata anjing mengeluarkan air liur yang kuantitasnya sama, meskipun bunyi punya getaran berbeda-beda. Ia menyama ratakan (generalisasi). Hal ini sangat penting untuk menerangkan teori transfer of learning. Hasil belajar dapat dipindahkan untuk memecahkan problem lain yang masih serumpun.

8.Eksperimen Discrimination
Pada percobaan di atas, pada saat bunyi dengung (buzzer) dengan 2000 frekuensi berhenti/ istirahat atau extinction, hanya dapat muncul air liur lagi (spontaneous recovery) jika diperkuat (dimunculkan) dengan bunyi berfrekuensi yang sama, yaitu 2000. Anjing membedakan jenis bunyi yang dulu dilatihkan bersama daging adalah bunyi dengan 2000 frekuensi.

Teori belajar menurut Pavlov (classical conditioning)
1)Bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dari yang semula, menjadi tingkah laku yang dikendali.
2)Perubahan tingkah laku terjadi dengan menciptakan hubungan antara Stimulus dengan Respon yang diharapkan dan atau meniadakan hubungan antara Stimulus dan Respon yang tidak diharapkan
3)Bahwa tingkah laku yang diharapkan dapat terjadi dengan latihan berulang-ulang
4)Bahwa proses belajar terjadi apabila organisme (individu) dalam keadaan siap dan lingkungan disiapkan (individu & lingkungan siap)
5)Bahwa jika tingkah laku yang diharapkan mulai menurun/ istirahat (hilang), maka harus segera diberikan penguat (reinforcement) berupa stimulus yang diberikan saat latihan (discrimination).
6)Bahwa hasil belajar dapat ditransfer untuk memecahkan masalah lain yang masih serumpun (anjing menggeneralisir bunyi dengan frekuensi kurang dari 2000, 2000, atau lebih dari 2000)
7)Dalam proses belajar, lingkungan harus dikondisikan sedemikian sesuai dengan munculnya tingkah laku yang diharapkan, lingkungan sangat berhubungan erat, karena teori Pavlov berada dalam payung empirisme John Locke, bahwa lingkungan berpengaruh besar terhadap terbentuknya pribadi manusia, termasuk proses dan hasil belajar.

II.Ekperimen Thorndike
Thorndike (1874 – 1949) adalah pengajar pada Universitas Colombia. Menurut dia untuk studi belajar, individu harus diberi suatu problem. Dalam eksperimennya, Thorndike menggunakan kucing sebagai subjek coba. Kucing dimasukkan dalan box berjeruji, sehinga nampak dari luar dan kucing dapat melihat luar lewat jeruji tersebut. Makanan diletakkan di luar box yang dapat dilihat melalui jeruji. Makanan dapat dicapai jika kucing membuka pintu dengan menarik tali perlengkapan yang diatur dalam box, jika kucing lapar ditaruh dalam box, ia dapat belajar memperoleh makanan dengan jalan menarik tali jika ia bergerak di sekeliling aktif dan tiba-tiba menarik tali dan pintu terbuka, kemudian memperoleh makanan. Setelah berkali-kali, kucing dapat melakukan itu dalam waktu yang semakin singkat.

Teorinya:
Dari hasil pengamatan selama eksperimen, Thorndike menemukan hukum belajar yaitu :
1)Law of Effect (Hukum Efek)
Hubungan Stimulus–Respon yang mendatangkan kepuasan, akan semakin kuat hubungan tersebut dan cenderung diulangi karena dipandang berguna (memuaskan). Sedang hubungan Stimulus–Respon yang menyakitkan akan cenderung dihindari (semakin renggang) karena dipandang tidak berguna (Law of Use dan Law of Disuse). Jadi, efek yang muncul berguna atau tidak.
2)Law of Exercise (Hukum Latihan)
Tercapainya hubungan Stimulus–Respon yang diharapkan, harus melalui latihan yang berulang-ulang.
3)Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
Proses belajar akan terjadi apabila individu (organisme), lingkungan dan guru dalam keadaan siap.

Beberapa tahun kemudian, Thorndike mengubah Hukum Efek (Law of Effect) menjadi Reward and Punishment. Reward akan mempererat hubungan Stimulus–Respon yang diharapkan, hukuman (punishment) belum tentu melemahkan hubungan Stimulus–Respon yang diharapkan. Karena itu ahli lain (Hull) tidak setuju adanya hukuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar